Bagi yang mau ke Kampung Inggris Pare, coba baca ini.

Inilah kisahku di Pare

Hasil gambar untuk kampung inggris

Mengapa aku disini?


Wisuda adalah saat-saat dimana manusia dihadapkan pada dua perasaan, sedih dan bahagia, keduanya melebur menjadi satu dihari yang sama. Hari ini, 7 oktober 2019 menjadi saksi bahwa kami Master Teaching 2018 sudah menyelesaian masa belajar mengajar kami di Pare.


Tanpa dikomando, pikiranku membuat kilas balik tentang mengapa aku disini. Sudah teramat muak aku mendengar nama Pare, tapi entah mengapa aku bisa bertahan 1 tahun 2 bulan di tempat jahat ini, tapi yang pasti, setiap orang yang datang ke Pare punya tujuannya masing-masing termasuk "tempat pelarian".

Saat itu aku hanyalah anak lulusan MAN yang berpotensi besar menjadi jobless, dengan diiringi sedikit drama, ayahku menolak mentah-mentah jurusan yang aku pilih, ketika dia mengetahui aku mendaftar SBMPTN dan lulus tanpa meminta uang dan persetujuan darinya, dia memilih untuk tidak memberi restu.
Bukan tanpa alasan, dia tidak mau aku mengambil jurusan pertanian. Baginya, tidak ada masa depan bagi petani, dia sudah merasakan itu.

Tapi aku bukanlah anak yang baik ataupun penurut, ku akui sering kali aku berkata iya di depan mereka tetapi sebenarnya tindakanku mengatakan tidak. Hal itu kulakukan semata-mata karena aku tidak mau berurusan panjang dengan ayah. Bahkan sampai hari ini, hari wisuda, aku tidak menelpon mereka. Tapi aku punya keinginan besar untuk bisa membuat mereka bangga. Saat itu kuputuskan untuk menuruti keinginan ayahku untuk tidak mengenyam bangku kuliah yang tinggal selangkah lagi bisa ku gapai.
Aku gapyear.

10 juli 2018, ayahku memberi uang 1 juta rupiah kepadaku sebagai bekal untuk membeli tiket pesawat, ayah memintaku pergi kesuatu tempat, melihatku yang sangat antusias dengan bahasa inggris, ayah yakin aku bisa jadi guru bahasa inggris yang baik, tetapi sudah terlambat untuk memasukanku ke Universitas negeri, sedangkan biaya untuk di swasta yang bagus juga tidaklah murah. Jadi ayah putuskan untuk mengirimku ke Pare, Kampung inggris. Tempatnya orang-orang yang jago berbahasa inggris.

Terselip sedikit rasa senang dihatiku mengingat aku akan melihat dan mendapat banyak hal baru di Pare, tetapi AKU MALU, semua temanku sudah berbahagia dengan Almamater Universitas mereka masing-masing, sedangkan aku? Gapyear! Aku tidak punya muka untuk bertemu mereka bahkan untuk pamit pergi ke pare, aku nekat pergi sendiri walau ku tahu aku belum pernah naik pesawat ataupun pergi ke tempat jauh. Aku pergi tanpa seorang temankupun yang kuberi tahu.


Aku sempat googling sesuatu segala tentang Pare, melihat segala hal yang ada di google, imajinasiku melayang seolah-olah aku akan dimasukan kedalam surga dunia, tempatnya makanan murah, orang-orang bule banyak, semua orang speak english, serta kebahagian didalamnya.
Saat itu pula aku mataku menangkap kabar yang membawaku bisa di Pare saat ini, Informasi Program Master Class, ditengah- tengah aku membaca, WHAT? yang bener cuma 5 juta dalam 6 bulan? Dapet wisata bali? Wah ambil nih. Itulah awalnya aku mengapa aku bisa memilih program Master Class.

Saat sampai di Pare, kenyataan tak sesuai dengan apa yang kubayangkan. Hanpir 60% berbeda. Tidak semuanya speak english, jarang terlihat bule, dan sering kali terdengar tangisan perpisahan setiap 2 minggu sekali. Aku sempat berpikir bahwa ayahlah penyebab aku sampai seperti ini, ayah juga yang membuat aku merasa aku kewajibanku hanyalah menuntut ilmu, aku tidak butuh teman ataupun travelling yang hanya buang-buang uang, belajar, belajar, belajar, belajar, harus kembalikan uang yang ayah pakai untuk membiayai program Master Class dengan penguasaan bahasa inggris, HARUS. Akupun menjadi orang yang sangat mengerikan. Sering kali berdiam diri di kamar, enggan untuk bersosialisasi dengan orang baru walau ku tahu besar kesempatanku menambah followers Instagram disini.

Akupun semakin membenci ayah saat kutahu bahwa aku hanya sendirian disini, tak ada orang lain yang mengambil Program Master Class selain aku, aku digabungkan dengan murid-murid biasa yang sering kali menambah penderitaanku karena aku harus kehilangan teman yang barusaja akan dekat denganku. Tetapi jauh dari lubuk hatiku, aku beruntung punya sosok seperti Miss Fina, roomate sekaligus seniorku dalam berbahasa inggris. Saat itu, Dialah satu-satunya alasanku untuk tetap di Pare.

Dua bulan setelah aku belajar di Pare, kurasakan dampak yang terjadi padaku begitu besar, aku bisa ada pada program Public Speaking saat itu, bertemu Tutor hebat dan masih menjadi idolaku saat ini, Mr. Yoga. Orang yang berhasil mengimpove bahasa inggrisku walau hanya 2 minggu pertemuan. Bagaimana tidak, setiap hari aku harus speech, membuat materi baru, vocab baru, cerita baru, aku sangat beruntung. Tapi belajar public speaking tidaklah merubahku sikapku terhadap orang luar, aku tetap kelihatan sombong dan memyebalkan.
Tidak lama dari itu, teman-teman Master Teaching dan Master Class yang baru telah datang ke Pare, mereka digabung menjadi satu kelas dengan jumlah mereka yang hampir 30 siswa, tampak seperti kelas yang ramai dan menyenangkan. Aku mulai merasa bahwa aku harus secepatnya meninggalkan Pare, aku benci melihat semua orang bahagia disaat aku merasa aku tidaklah diperlakukan sama, aku mulai join organisasi mengajar anak kecil disekita pare seperti WKGM Laskar Pengajar dll, menyibukkan diri dengan hal-hal yang membuatku lelah sebenarnya. Tetapi hanya dengan itu, aku bisa melewati 6 bulanku di Pare.

Akhirnya 6 bulan sudah aku disini, aku sengaja tidak membeli tiket pesawat pulang karena aku merasa aku begitu terikat dengan anak-anak kelas 4 MI Muhammadiyah 2 Pare, aku tidak tega untuk meninggalkan mereka, aku sangat menyayangi mereka akupun berencana menambah lagi tetapi tidak di Pare-Dise, aku butuh wadah lain. Setelah pikiranku bulat, Mr. Alex ( officer ) memberitahuku lewat WA bahwa Pare-Dise CEO ingin bertemu denganku, beliau mengatakan hal-hal yang membuatku merubah keputusanku, 2 bulan aku diberi gratis mengambil program semauku di Pare-Dise, termasuk mengambil program yang belum pernah ku ambil sebelumnya, IELTS. aku tidak tahu harus dengan apa aku bertemima kasih tetapi aku langsung berkata iya walaupun aku harus tinggal di sini lebih lama lagi.

Mengambil IELTS berarti aku harus bergabung dengan Mastering Class, kelas yang dipenuhi dengan orang bahagia itu tentunya sangat tidak cocok denganku, tapi aku sangat ingin mengambil IELTS, dengan keterpaksaan, aku masuk ke kelas itu, mengikuti kelas IELTS, dengan masih sebagai diriku yang lama, masih sendirian.

Setelah selesai kelas IELTS, aku dipanggil lagi untuk tawaran yang membuatku 100% memutar otak, menjadi bagian dari Master Teaching, officer menginfokan bahwa tidak ada yang boleh tahu aku ditawari masuk Master Teaching sampai hari graduation tiba, aku siap untuk diam, tapi aku butuh pendapat, aku butuh nasehat, orang tua ? Mereka bukanlah pilihan yang tepat. Aku akan memberitahu nanti jika aku tidak dalam kondisi bimbang lagi, tapi siapa yang bisa yang bisa ku ceritakan? Satu-satunya yang muncul di kepalaku hanya Harry, dia sama sepertiku, tukang nonton Anime, aku tahu dia bukanlah orang yang bisa memberi saran tapi setidaknya aku tahu dia tidak akan menyebarkan berita ini. Dia mencoba membuatku menolak tawaran dari Office karena menurutnya, aku berhak untuk sesuatu yang lebih besar dari sekedar menjadi Master Teaching, aku tahu itu saran yang baik, tapi aku merasa tidak cukup, akupun meminta pendapat Miss Abel, seniorku juga disini, Dia juga memberikan respon yang sama seperti Harry, JANGAN!. Disaat yang sama pikiranku memgatakan bahwa aku akan dibenci dan dijauhi, aku akan tetap sendiri dan tidak punya teman di Master Teaching. Ok aku mantab saat itu, aku masih akan tetap di Pare, tetapi tidak menjadi Master Teaching.



Saat kuberitahu bahwa kau ditawari menjadi Master Teaching dan aku hendak menolak, ayahku lagi-lagi marah. Dia memaksaku untuk menerima tawaran itu, aku tidak punya pilihan, aku berkata ya kepada officer, sebelum semua menjadi rumit dan aku tidak diberi uang saku lagi.

Setelah menjadi Master Teaching sekarang, jangan tanya bagaimana perasaanku, aku merasa sangat beruntung, aku tidak hanya diberi pengalaman, ilmu teaching skill dan english skill tapi juga keluarga yang berhadil membuat aku menangis membayangkan aku akan ditinggal mereka, aku yang dulu aku sempat berpikir bahwa mereka tidak akan menyukaiku atau menerimaku sebagai bagian dari mereka, ternyata salah besar, merekalah yang membuat aku sadar bahwa percuma master in english tapi tidak punya teman untuk berbagi, tidak punya senyum untuk pancarkan. Mereka sangay baik. Jauh dari apa yang selama ini aku pikirkan. Aku sangat beruntung menjadi bagian dari mereka walaupun tidak dari awal, sekarang aku tahu mengapa aku disini, terima kasih ayah, telah menjadi seorang yang selalu memaksa, memaksaku tidak memilih pertanian, memaksaku ke Pare, memaksaku menjadi Master Teaching, mingkin kalo bukan dari keterpaksaan itu semua, aku tidak akan menjadi Direi yang sekarang. Terimah kasih seluruh Master Teachingku.


Nae Kholid, jangan pernah menyakiti walaupun aku tahu kamu selaludi sakiti. Mommi tahu Nae orang yang baik, dan orang baik itu suka perdamaina. Jadi jangan pernah berpikir bahwa orang baik akan menjadi jahat ketika tersakiti.


Miss Rastuti, Sukses buat apapun yang dicita-citakan, selalu tersenyum karena satu senyummu bisa memabukan pria sekampung.

Mr. Nizar, tatapmu bisa membunuh beberapa pasang mata, aku hampir takut mati, tapi aku selalu tahu bahwa dibalik itu semua, kamulah pria yang paling tahu keadaan.

Safitri, tetaplah jadi payung ditengah hujan, kamu yang terlalu baik, sadar telah di manfaatkan, tetap saja baik, itulah yang special darimu. Gpp menjadi orang yang manja, asal tahu tempat dan kondisi, jangan manja sama pak dosen, digetok ntar.

Maya, embun itu lembut dan halus, kamu cerminan itu sebenarnya, tapi ditambah sedikir cabe, tapi kalo cabenya dikasih gula pasti nggak bakal pedes-pedes banget kok, jadi, makan gula dulu ya sebelum bicara. Biar manis.

Mother, layaknya ibu, engkau telah berhasil membimbing 11 anakmu di MT, ibu akan selalu menyayangi anaknya, sebagaimana engkau mencintai, begitulah mother dicintai.

Mr. Alfa, kebo yang kerjaannya tidur tapi selalu bisa jawab soal kalo ditanya, nggak pernah belajar tapi otaknya bikin pengen nyolong. dasar nyebelin. Awas aja kalo nggak jadi orang sukses, tak paksa cari duit bayak-banyak biar bisa traktir aku makan chiken wings.

Mr. Toni, sebelum kita terpisah, i will say that i hate you but i will miss you in the same time, hari gini masih rindu-rindu hemmm kampungan

Rio, prince yang ngga pernah pake baju kerajaan ini kayaknya bakal bikin kangen banget deh, jailmu ituloh bikin pengen bakar orang.

Mr. Robet, you're the best singer that i've ever heard. Gapailah mimpimu jika bernyanyi bisa membuatmu bahadian karena kamu pantas bahagia.

dan terkhusus abangku Bang Bahar yang selalu memberiku nasehat dan celaan diwaktu yang sama, tetaplah menjadi orang yang menyebalkan dan egois bang, itulah dirimu yang membuat kami selalu sayang padamu. I love uncountable.

Semoga kita semua bisa bertemu lagi dengan kesuksesan kita masing-masing, Aamiin.




Komentar

  1. Hai. So proud. Jujur banget menulisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya miss, mau gimana lagi disuruh jujur sama yang lain, ini juga MT 18 mau bikin buku miss dan isinya totally curahan hati sebagai MT, gitu miss

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIAPA ITU DIREY DEALOVA? INI DIA BIODATA LENGKAPNYA.....

N'PURE Centella Essence, Jawaban untuk kelembaban di pagi dan malam hariku.

CARA MEMBUAT MIE SENDIRI DI RUMAH TANPA PEWARNA, TANPA PENGAWET, DAN HANYA 3 BAHAN, MUDAH DAN MURAH.