Apa kabar merah putih?
Apa kabar merah putih?
Dia hanyalah kain dengan dua warna, tapi kulihat semua orang hormat padanya. Mengapa?
Dilihat dari tampak luar, dia begitu rapuh, mudah sekali tertiup angin, aku semakin membayangkan jika dia bisa berbicara, mungkin dia akan menjerit, meronta-ronta, meminta dilepaskan dari tali yang mengikat hingga dia harus berada diatas ketinggian yang membuatnya bisa melihat dari segala arah, menyaksikan betapa kejinya perilaku makhluk yang bernama manusia.
"Hei manusia! Aku tidak sudi dihormati dengan tangan kotormu, tidak perlu kau mengangkat tanganmu dan kau letakkan ke sebelah kening jika niat hatimu sekedar ikut-ikut tradisi, jika niatmu hanya untuk pencitraan didepan wargamu, jika niat tulus memajukan bangsa pun kau tak mengerti, aku tidak butuh sandiwaramu!"
Dan inilah aku, salah satu dari makhluk keji itu, berdiri hormat pada tiang bendera setiap upacara senin atau upacara 17-an. Walau sudah belajar tentang mengapa kita harus melakukan itu, tetapi otak nakalku berkata bahwa itu tidak masuk akal. Emangnya apa untungnya bagi negara jika kita hormat? Apakah kasus-kasus di Indonesia bisa tuntas? Tidak kan? Aku sangat mengerti jika bendera adalah lambang negera, iya itu benar, tapi tetap saja uang lebih berkuasa daripada sangsaka, ada uang semua tenang, hal yang harampun menjelma jadi halal.
Semakin sering aku hormat dihadapan sang merah putih, semakin banyak pertanyaan muncul di kepalaku, mengapa orang-orang ini terlihat tidak ada yang satu pendapat denganku? Semua orang seakan mengatakan bahwa benda pustaka ini jika kita hormati maka sama seperti kita menghormati negara kita. Benakah sesimple itu?
Saat aku 7 tahun, guru SD-ku bilang kalo merah dalam bendera kita melambangkan keberanian dan putih melambangkan kesucian, WOW dalam sekali bukan? Berani dan Suci absolutely paket complete untuk basis berdirinya negara yang kokoh, tapi kenapa mataku melihat hal yang tidak sesuai dengan itu semua? Loh maksudnya tidak sesuai apa?
Hhhmmm.. sepertinya akan menyenangkan jika lidahku membeberkannya satu-satu.
Kita mulai dari kasus ketidakadilan, orang kaya selalu menjadi raja yang bisa mendapatkan apapun yang mereka mau walaupun harus merampaskan hak orang lain. Bu ijah (56) contoh korbannya, ibu dari 3 orang anak ini sudah 12 tahun menabung uang hasil jualan gorengannya untuk bisa ketanah suci. Tidak hanya itu, wanita yang berstatus sebagai janda inipun terpaksa mengantri 3 tahun lamanya sebelum mendapat giliran untuk bisa berangkat naik haji, demi cita-cita suci itu, dia rela menunggu cukup lama. Saat tahun keberangkatan tiba, wanita asal Muara Meranjat itu tersenyum lebar, ia tidak sabar menjalankan pelengkap agama, tapi senyum dibibirnya luntur seketika ketika mendengar bahwa dia tidak bisa berangkat tahun ini karena kuota sudah penuh, dia kecewa, sedih, dan gundah, tangis dimata sayunya tak bisa terbendung lagi. Asep (25) sang anak tidak mengerti dengan apa yang terjadi, diapun mencoba menyelidiki itu semua, usut punya usut ternyata kuota yang seharusnya menjadi tempat ibunya ditempati oleh salah satu artis bintang iklan yang sedang naik daun saat itu, sang artis meminta untuk naik haji tahun ini juga, sehingga terpaksa pihak pengelola harus menunda Bu Ijah untuk menggapai cita-citanya.
Kasus serupa terjadi pula pada seorang siswa SMA bernama Koko Ardiansyah yang batal menjadi anggota pasukan pengibar bendera di pusaka karena diduga digantikan anak Bupati Labuhan Batu terus menjadi sorotan.
Koko pun merasa terpukul karena dirinya sebetulnya sudah mengukur baju seragam yang hendak digunakan saat upacara 17 Agustus 2019.
Meyedihkan sekali bukan? Eitsss jangan pikir ini sudah habis, masih banyak kasus-kasus serupa yang sangat miris jika dilihat.
Selain itu, ada pula kasus korupsi, suap menyuap, pungli dan perbuatan-perbuatan kejam lainya yang tidak mencerminkan berani dan suci.
Ohhh merah putihku, malang sekali nasibmu.
Seharusnya kita berani melawan ketidakadilan, melawan penjilat lidah, melawan tikus berdasi penghuni gedung tinggi, seharusnya negara kita ini suci tanpa korupsi, pungli apalagi palsunya janji-janji, tapi kenyataan memang kadang tak sesuai ekspektasi kan?
Hai saudara-saudaraku, jangan pikir hanya dengan hormat kepada sangsaka maka kewajibanmu kau anggap selesai, seperti kasus-kasus diatas, kita tahu sendiri negeri kita saat ini sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja, mari sama-sama perbaiki, mulailah dari diri kita, kalo kita tidak mengatasi, setidaknya jangan memperparah. Apalagi dengan adanya undang-undang baru yang terbilang tidak masuk akal yang dibuat DPR saat ini, mahasiswa demo, bakal sana, bakar sini, rusak ini itu, hal itu semakin membuat sedih para leluhur yang berkorban nyawa demi kita.
Mari sama-sama kita renungkan, untuk apa mengibarkan bendera dan hormat padanya jika nyatanya kita tidak sedang baik-baik saja? Jangan sekedar kibarkanlah, dia akan sedih melihat negeri ini, buktikan! Berikan yang terbaik, jangan sampai dia tersakiti, karena saya yakin kita semua bisa lebih baik lagi.
Tertanda,
Ayam yang belum digoreng.
Mantaaaaaabbbb kesal dan miris sih liat sang saka ku di seperti itu kan 🙁🙁
BalasHapusiya, makanya kita harus melakukan yang terbaik ya buat negeri kita tercinta ini. semagat.
BalasHapus